Selasa, 11 Desember 2012

Hemat, Empat Kali Ganti Pesawat Sehari

Incheon International Airport, South Korea
Sambung menyambung kendaraan untuk tiba di suatu lokasi yang jauh itu sudah biasa. Tidak terjangkaunya lokasi tersebut hanya dengan sekali menggunakan kendaraan mengharuskan kita untuk naik dan turun dari satu kendaraan yang satu ke kendaraan yang lain. Lebih tepatnya ini adalah cara hemat untuk satu trip.

Seperti contoh di dalam kota, mungkin jika kita ingin pergi ke suatu tempat yang jauh ada dua alternatif yang Bisa kita ambil. Naik taksi atau angkot. Pada dasarnya tujuan kita sama namun kita akan membayar beda untuk dua jenis kendaraan tersebut dan tentunya membayar lebih maka kelebihannya kalian untung di waktu. Betul bukan?

Kuala Lumpur Internatonal Airport
Lain halnya kendaraan di darat, untuk sambung menyambung pesawat juga sering saya lakukan. Tidak heran dalam sehari saya pernah touchdown di 3-4 Airport sekaligus (re : jangan disamakan dengan pramugari yah soalnya itu memang kerjaan mereka).
Mengapa bisa demikian?

Sultan Hasanuddin Airport Makassar
Hemat hemat dan hemat itulah jawabannya. Mungkin sebagian besar dari kalian malah beranggapan bukannya itu lebih mahal? Hal yang saya lakukan malah sebaliknya. Waktu itu saya berencana ke Seoul, cek dan ricek tiket Jkt -Seoul ternyata lumayan mahal. Tak habis ide, saya cek KL-Seoul dan ternyata jauh lebih murah hampir setengahnya. Untuk ukuran dompet saya, maka tidak ragu lagi memilih rute tersebut. Seperti yang saya katakan sebelumnya ada harga maka waktu kalian akan hemat, tapi bagi saya yang kebetulan mempunyai waktu luang tidak ada salahnya ke Kuala Lumpur saja walaupun hanya 8 jam saja di Kuala Lumpur, toh ini sudah ke enam kalinya saya ke Kuala Lumpur, dua kali untuk explore Malaysia dan empat kalinya hanya stay di Airport untuk menunggu penerbangan selanjutnya. Ada teman yang mengatakan “enter Kuala Lumpur you can reach THE world” bagaimana tidak, strarting dari KL untuk ke negara lain biasanya kita Bisa hemat. Silakan di coba cek tiket :)

Ngurah Rai Airport, Denpasar
Jadilah perjalanan saya ke Seoul mengambil rute UPG-JKT-KL-SEOUL-KL-JKT-UPG. Dari Makassar saya berangkat sendiri ke Jakarta dan bertemu teman saya di sana. Selanjutnya kami bertiga terbang ke KL dan bertemu 2 orang lagi teman saya. Tujuan kami sama ke Seoul, tapi di sana kami masih-masing berpencar soalnya kesukaan kami berbeda.

Keberangkatan kami tidaklah terlalu menguras tenaga, dari Makassar saya menginap di rumah teman di Bekasi dan besok paginya baru berangkat ke KL. Di KL pun demikian, hampir 8 jam kita nyantai dan baru pada pukul 11:00 malam kami terbang ke Seoul. Di pesawat cuman tidur dan besok pagi pukul 06:30 waktu setempat kami tiba. Jadi tenaga sudah tercharge, dari Airport degan menggunakan subway langsung menuju tempat tinggal kami di Hongdae Guest House (re: lokasi syuting drama Korea Coffee Prince dan Marry me Marry ) mandi, bersih-bersih dan memulai berkeliling di seputaran kota Seoul yang waktu itu bersuhu 14 derajat.

Juanda Airport Surabaya
4 hari berlalu satu persatu teman balik ke Indonesia. Jadilah saya hanya berdua dengan teman dari Banjarmasin. Namun pas seminggu kami juga harus berpisah, jadilah saya balik ke Indonesia sendiri. Jalur ke Airport cukuplah mudah di tempuh dengan subway. Namun pas di Incheon International Airport, saya kelabakan untuk check in. Jadwal penerbangan saya pukul 08:00 pagi namun mengingat bandara ini sangat luas dan di setiap counter check in sangat antri, saya sempat panik akan ketinggalan pesawat yang sejam lagi berangkat. Tiba giliran saya mengambil boarding pass dan selanjutnya antri di imigrasi. Waktu semakin berjalan dan di pos-pos imigrasi ternyata antriannya jauh lebih panjang. Panik makin menjadi-jadi, penumpang pesawat yang akan saya tumpangi sudah di umumkan diperintahkan untuk segera naik ke pesawat. Pos imigrasi lewat, saya melihat boarding pass dan ternyata saya harus ke Gate 106. OMG saya lari sekencang-kencangnya di bandara terluas ini. Berat backpackku di punggung sudah tidak dihiraukan lagi. Akhirnya Gate yang berada di ujung Incheon ketemu dan betul saja penumpang lain sudah masuk dan sisa saya beserta dua penumpang lain yang telat masuk. Dengan keringat dan ngos-ngosan saya memperlihatkan boarding pass. Huh, saya menempati kursi saya dan mengatur nafas kembali.

Bagage Claim untuk penumpang dari KL ke Seoul
Enam jam perjalanan udara saya tempuh dan akhirnya tiba di Kuala Lumpur. Tiga jam lagi saya harus melanjutkan penerbangan ke Jakarta. Waktu saya habiskan dengan nongkrong di McD. Selanjutnya jadwal keberangkatan saya ke Jakarta dan delay setengah jam yang membuat saya mesti lari-larian lagi di Soekarno Hatta. Saya tiba di Terminal 3 dan harus melanjutkan perjalanan lagi ke Makassar kurang dari setengah jam. Antrian di Imigrasi selalu membuatku gelisah. Berhasil lolos dan mencari shuttle bus ke Terminal keberangkatan domestik. Lagi-lagi panik, sisa 10 menit jadwal penerbanganku. Tiket belum di print out, masih berupa kode booking menambah kepanikanku. Tidak henti-hentinya saya melihat jam tanganku dan pada akhirnya shuttle bus datang dan seorang cowok ganteng, baik hati dan tidak sombong menolong mengangkat barangku dan berusaha menenangkan agar tidak panik. Yah namanya Andika, ternyata dia juga dari Seoul. Thank you bro :)

Tibalah saya di terminal domestik, mencari counter untuk print out tiket dan masuk. Lagi-lagi hanya kurang dari 10 menit saya duduk dan pesawat take off membawamu pulang. Fiiuhhhh capeknya luar biasa :(

Tibalah saya dengan selamat di Hasanuddin Airport, seharian menguras tenaga lari-larian di Airport dan sambung pesawat empat kali sehari, jet Lag beberapa jam di udara.

Untuk domestik waktu itu saya juga sempat di buat teler. Seharian menghabiskan waktu di Kuta Bali, pukul 07:00 malam saya harus pulang ke Makassar. Namun, seperti tadi. Awalnya saya membooking tiket PP UPG-SUB return, tapi kami lelah lewat darat dan tiket balik ke Makassar dari Surabaya. Maka saya membooking tiket Denpasar ke Surabaya. Jadilah malam itu saya terbang dan ganti pesawat dari Denpasar-Surabaya-Makassar.

NB : Bagi kalian yang mencoba sambung pesawat, agar lebih memperhatikan jadwal penerbangan kalian yang pertama dengan selanjutnya. Paling tidak beri Jedah dua jam. Kemungkinan delay akan sering terjadi dan tidak dapat dihindarkan. Kalian tidak maukan jika hanya penerbangan pertama kalian delay maka menghancurkan penerbangan selanjutnya? Alias tiket yang kalian sudah booking hangus. Sekian tipis dari saya, semoga bermanfaat :)



Minggu, 09 Desember 2012

Kerasnya Perjalanan Kami dari Jawa Timur ke Bali

Ransel kesayangan yang setia menemani
Moment ulang tahun adalah moment yang penting bagi seseorang. Tiap tahun ingin di jadikan sebagai satu hari yang berkesan dan tentunya di tempat yang berbeda. Ulang tahun pada saat traveling memang hal yang paling asyik, waktu itu April 2011 bertepatan dengan ulang tahun saya ke 21 di Kuala Lumpur. Sebenarnya nothing special hanya saja ada “sesuatu” yang di ingat berbeda. Begitupun keberangkatan saya ke Denpasar Oktober kemarin, jauh-jauh hari saya dan travelmate saya “Saskia” hunting tiket untuk tanggal 8 karena dia ingin merayakan ulang tahunnya di sana.

Jadilah kami berdua berangkat ke Bali via Makassar-Surabaya by Merpati Airlines. Kami berdua sama-sama gawe di perusahaan berbeda, tapi demi sahabat yang mau hari spesialnya di Denpasar jadilah kami berdua bolos nge-gawe (jangan ditiru). 5 hari total perjalanan kami. Sebulan sebelum keberangkatan, kami bagi tugas. Saya yang mengurus Ticketing dan Kia menghandle coushsurfing (Host Backpacker) di Denpasar. Beressssss………

Tiba hari H, saya dan Kia bertemu di Airport, check in dan bla blaaaa blaaaa. Jadwal keberangkatan kami yang seharusnya pukul 4 sore berubah menjadi pukul 9 malam, delayyyy Coy. Wasting time dan tentunya sedikit mengubah jadwal perjalanan kami.
Kami BeTe sejadi-jadinya, baca buku sudah, atur itenerary juga sudah, jajan ini itu sudah, keliling Airport pun sudah. Sampai-sampai petugas Airport di depan pintu hafal kami dan bosan memeriksa boarding Pass kami. Fiuhhhhhhhh

Buku favorite yang selalu saya bawa
Waktu itu kami memilih maskapai Merpati yang terkenal degan D**aynya karena kami berdua dapat promo dari teman. Upg-Sub IDR370.000 return, murah bukan? Mengapa kami memilih Surabaya bukan direct Denpasar? Prinsip kami sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sebelumnya belum pernah ke daerah di Jawa Timur akhirnya kami mencobanya. Lagi-lagi dengan modal nekat dan GPS di HP.

Rute kami adalah Makassar *fly* Surabaya-*bus*Sidoarjo-Probolinggo-Jember-Tasik-TulungAgung-Banyuwangi-*Kapal penyeberangan Feri* Gilimanuk-*Bus*Denpasar. #masih ada beberapa kota yang kami lalui tapi lupa namanya. Gimana? Rute kami banyak bukan? Walaupun tidak mengeksplore terlalu dalam tapi setidaknya setiap bus berhenti kami Bisa merasakan kehidupan di daerah Jawa Timur yang belum pernah kami jangkau.

Pemandangan dari dalam bus juga tidak kalah menariknya, sepegal-legalnya badan rasanya rugi kalau mau tidur selama perjalanan. Dari Juanda Int.Airport kami naik Taxi ke Terminal dan memilih bus jurusan Denpasar sih "katanya", tiket bus Rp. 125.000. Ternyata bus itu bukan langsung sampai ke Denpasar tapi kami pindah-pindah bus 4 kali dan sekali naik feri. Tapi tenang, kita tidak di pungut biaya lagi kok. Jadi semuanya sudah including :)
Bus Ke dua kami
Bus tua pertama yang membawa kami ke Jember di penuhi banyak penumpang, saya duduk di samping cowok mahasiswa kedokteran asal Jember. Sedikit percakapan, basa basi karena dia melihat kami kelelahan, menawarkan snack yang di bawanya. Dia juga tak henti-hentinya memberi tau kami untuk hati-hati karena daerah Jawa Timur katanya sangat rawan kejahatan dan pencopetan di bus. Apalagi kami hanya berdua dan cewek pula, *mba ini kok berani banget sih jalan berdua, hati-hati Mba yah, di usahaib barangnya di perhatikan, kalau Bisa jangan tidur* begitu katanya sebelum Ia turun ke terminal selanjutnya dan kami pun berpisah.

Kia sudah terlelap dengan tidurnya, penumpang satu per satu sudah turun. Bus yg tadinya sesak akhirnya kosong. Saya memilih pindah duduk dan dengan setia selalu membawa backpackku. Ngantuknya luar biasa tapi melihat pemandangan di luar yang gelap gulita dan jalanan mulai sepi rasa khawatir dan was-was pun muncul. Perasaan campur aduk, mau membangunkan Kia tapi dia telernya luar biasa. Tak henti-hentinya berdoa dalam hati, pikiran negatif muncul sana-sini berharap ada penumpang ibu-ibu yang naik.

Bus berjalan dengan kencang di iringi musik Jawa yang kental full sound di dalam bus di sertai dinginnya malam dan gelap gulita. Tak sadar akhirnya saya ketiduran, entah dari kapan saya terlelap dengan posisi betul-betul terlentang di 2 kursi kosong. Tiba-tiba ada bapak di samping saya memukul bahu saya. Saya terbangun dan kaget. Bapak itu mengatakan *mba, awas dompetnya, perhatiin barangnya yah Mba, jangan tidur, jangan tidur. Bangunnnn... Di sini rawan. Seketika saya memperbaiki posisi dan melihat ke arah Kia yang masih terlelap. Dari situ saya menahan kantuk sampai tiba di terminal selanjutnya.
Ohh Goshhhh.......
 
Bapak itu kembali datang dan duduk di samping saya. Ternyata beliau adalah kenek bus yang saya tumpangi. Syukurlah setidaknya saya masih aman. Sedikit perbincangan kami bicarakan, lagi dan lagi yang dia bahas kriminal di daerah Jatim, huhhh...


Selanjutnya pindah ke Bus yang jauh lebih nyaman, AC bus sangat mencekam pada pukul 02:00 dini hari brrrrr. Kaki hanya ditekukkan untuk melawan dinginnya malam. Bus ini kurang lebih sama dengan bus yang di pakai ke Toraja untuk daerah Sul-Sel. Jadi untuk kali ini posisi kami aman, Bisa tidur dan insya Allah jauh dari copet. Kebetulan kenetnya ibu-ibu, dan saya duduk berdampingan dengan Kia. Amannnnn,,,,akhirnya saya tidur. Zzzzttttttttt

GPS
Mentari pagi sedikit-sedikit menampakkan sinarnya, embun pagi dan hamparan sawah pedesaan di Jawa Timur menjadi pemandangan yang luar biasa. Tidur lumayanlah, seketika fresh walau tanpa mandi. Bus yang mulai ramai lagi dengan pedagang minuman hangat dan pengamen tentunya. Welcome East Java, pikirku dalam hati. Ini baru terasa jawanya. Silih berganti pengamen datang dengan mendendangkan lagu asli Jawa, ahh serunyaaa. Tapi seriusan banyak banget pengamennya..uang seribuan abis hehehe. Bus sekali-sekali berhenti untuk mampir ke tempat makan, yah icip-icip kuliner Jawa. Murah meriah mencret :P

Hampir pukul 12:00 siang saya mulai gerah dan gelisah kok belum nyampe-nyampe? Gerbang *Selamat Datang * di tiap kabupaten sudah bergantian menyambut, Penumpang sudah gonta-ganti juga turun naik bus. Saya dan Kia memang penumpang terjauh dan terlama ke 7 versi on The Spot #eh

Iseng-iseng nanya ke penumpang lain. Mas kapan nyampenya? Kataku, Masnya jawab yah masih 3 jam lagi Mba, masih lama. 10 menit selanjutnya nanya lagi, jawabannya sama *masih lama* duh pantat panas. Krik* mateee gaya di dalam bus. Sabarrrrrr.....

Dari jauh terlihat jejeran bus dan truk antri, yeyy finally touch Down Banyuwangi, pelabuhan feri untuk penyebarangan dari Jatim ke Bali. Terlihat kesibukan di pelabuhan, ada yang turun dari feri dan ada yang naik. Yah pemandangan ini sering saya liat kok, soalnya saya ngeGawe di Seberang pulau SulSel #re: Sulawesi Tenggara haha dekat aja kok. Jadi hampir tiap bulan balik k Makassar via feri. Jadi biasalah!

Tidak begitu lama menunggu akhirnya bus kami dapat giliran naik ke bus, penumpang banyak yang turun tapi saya memilih rebahan saja. Pemandangan pelabuhan sudah lepas dari pandangan mata katanya sih sebentar lagi nyampe, betul hanya kurang lebih 45menit saja kami tiba. Kernet bus berjalan di Cabin bus dan mengingatkan untuk menyiapkan KTP. Untuk apa yah? Tanyaku dalam hati* buka dompet dan KTP sudah di tangan.

Terlihat sudah pelabuhan di Gilimanuk, Bali. Kita sudah nyampe di Bali dong. Entah ini di bagian mana yang jelas Bali. Suasana kental pedesaan Bali sudah mulai terasa. Pura-pura berwarna orange tua sudah nampak di mata. Bali Bali Bali, NICE :)

Turun dari feri, pikirku bus langsung melanjutkan perjalanan. Ternyata kami di minta turun semua untuk melewati pos polisi. Heh? Mau ngapain? Emangnya ini luar negeri? Pas turun di gerbang tertulis *Welcome Negara Bali* saya jadi tambah bingung. Ahh nurut saja. Kok kejadiannya persis seperti waktu saya ke Singapore via darat dari Malaka, Malaysia. Tapi itu kan di luar negeri, memang beda kita harus melapor ke imigrasi buat stempel paspor. Kok ini juga di terapkan di Bali? HmmmmWhateverlah!!!

Via darat ke Bali ribet juga. Kami antri dan satu per satu sudah melewati pos dan naik ke bus. Tiba giliranku masuk ke pos, kata om om tentara yang berjaga depan pos. Aduh omnya cakep bener, seriusan dia ala-ala tentara Portugis. Jadi mukanya bule-bule gitu, pake seragam tentara trus pegang senjata ahh cakep, eh pake kacamata item juga loh, mantap.

Slenge'an saya masuk ke pos, ruangannya sih biasa saja ada meja dan bapak-bapak yang bertugas menginterogasi.

Bpk : Mau kemana dek? Mana KTPnya?

Fia : ke Denpasar Pak *sambil menyodorkan KTP*

Bpk : *KTPku di baca dengan seksama* dek KTPnya sudah expired bulan April kemarin.

Fia : Trus Pak? *bingung dan bertanya polos*

Bpk : gini yah dek, setiap pengunjung yang masuk ke daerah Bali wajib memperlihatkan identitasnya.

Fia : *buka dompet lagi, mengeluarkan SIM A dan C serta kartu Mahasiswa* ini Pak identitasku juga.

Bpk : tetap ngotot* dek, disini identitas lain tidak berlaku kecualinya KTP.

Fia : *berpikir keras cari alasan* Pak, di kelurahanku e-KTP belum di bagikan jadi untuk sementara masih pakai KTP lama.

#Bapak itu akhirnya mencoret KTPku dan membawanya ke om tentara yang cakep tadi. Mereka bisik-bisik tidak jelas#

Saya mulai panik, soalnya sisa saya dan satu penumpang lagi di dalam pos. Kia dan lainnya sudah berhasil naik ke Bus. Oh goshhhh....gawat kalau di tinggal bus. Akhirnya bapak itu kembali dan tetap kekeh saya tidak boleh masuk ke Bali. Masa iya saya pulang, pliss dehh.

Saya mulai kesal dan tidak terima soalnya identitas lain bukan cuman KTp kan?Entah pikiran dari mana sekejap saya buka dompet, mengeluarkan selembar uang
Rp. 50.000,-.

Fia : Pak maaf sebelumnya, gini aja ini uang pengganti kelalaian saya karena KTP expired. Boleh saya keluar? Kasian penumpang lain nunggu di bus.

Bpk : *kode-kodean dengan om tentara cakep, akhirnya uangku di ambil dan saya boleh keluar* lain kali masuk Bali KTpnya diperhatikan yah? Katanya dengan semeringah.

Huhhhhh, gile aja via Airport gak gini juga kali. Terbebaslah saya dari pos yang mencekam itu, saya di jemput sama keneknya. Pas naik penumpang lain meliati saya dan bertanya kenapa Mba? Kok lama? Blaaa blaaa blaaaa, Kia cuman tertawa melihat saya.

Sungguh syalalalalalalallalalala

Nice experience, mukaku pucat membahana. Laper, lelah, letih dan lesu. Waktu itu Bali panasnya luar biasa. Kurang lebih 2 jam kami akan tiba di Denpasar dan akan menginap gratis di Host kami.


Denpasar i am Coming, our Holiday is begining :))

*Perjalanan kami seharusnya menggunakan mini bus ato travel dari Bandara Juanda langsung ke Denpasar. Tapi karena delay 5 jam akhirnya kami merubah rute dengan bus estafet. Menggunakan mini bus lebih nyaman dan simpel tapi karena kami tiba di Surabaya pukul 10:00 malam maka travel ke Denpasar sudah tidak ada dan pesawat pun penerbangan ke Dps sudah berangkat :) delay mengubah segalanya, but lost of fun kok...seru :) silakan di coba*


Catatan : maaf yah tulisannya berantakan, soalnya cuman Nulis via mobile. Jadi spacenya tidak beraturan. Foto-fotonya juga kurang lengkap soalnya semua ada di kamera. Sebagian hanya ada di HP. Cherrrrssas :)

Kamis, 06 Desember 2012

Winter Sonata - Nami Island

Nah, bukan di Namsan aja saya sama Nade ngegalau. Di nami island kami kembali beraction konyol. Nami island merupakan lokasi pembuatan dram Korea yang sangat fenomenal yaitu “winter sonata”. Semua hal-hal yang romantis kita bisa jumpai juga di pulau ini, pulaunya sih gak luas-luas amat, namun sangat ramai dikunjungi wisatawan. Inilah hebatnya pemerintah di Korea dalam mempromosikan pariwisatanya. Drama Korea yang lagi buming sekarang betul-betul di manfaatkan untuk menarik perhatian para wisatawan dari manca negara.
Pulau ini terletak jauh dari kota Seoul, kita mesti naik subway kurang lebih 2 jam. Tapi untungnya gak ribet kalau mau ke nami, soalnya kita hanya mesti transit di satu line aja. Tiba di station pemberentihan terakhir, meski nyari taksi untuk ke tempat pembelian tiket kapal penyebrangan. Kira-kira cuman 7 menitlah…..

Di sepanjang jalan kita di suguhkan pemandangan alam pinggiran kota, beda dengan Seoul yang hanya berjejer gedung-gedung rapih. Tiba di loket pembelian tiket masuk ke Pulau Nami, kita harus membeli tiket seharga 8.000 Won atau kurang kebih Rp.80.000 kalau di rupiahkan.

Tiket sudah di tangan, tapi mesti ngantri untuk naik ke kapal penyebrangan. Soalnya kapalnya cuman satu yang mengantar orang-orang yang menuju ke pulau Nami dan menjemput balik orang yang balik dari pulau. Jaraknya lumayan dekat kurang lebih cuman 3 menit, jadi tidak terlalu lama menunggu.

Kapal yang cantik dan di penuhi dengan berbagai macam jenis bendera dari berbagai negara di dunia memberi kesan kalau pulau ini memang telah dikunjungi para wisatawan manca negara.

Bagi pecinta drama Korea, khususnya winter sonata. Pasti hafal betul dengan lokasi ini. Berbagai action romantis di take adegan demi adegan di lokasi ini, kita seperti terbawa dalam suasana pembutan film.

Saya berangkat ke Korea Selatan bertepatan dengan spring alias musim semi, jadi pepohonan di pulau ini terlihat cantik dengan hijaunya dedaunan dan warna-warninya bunga-bunga. Sangat sejuk……

Meskipun saya sangat berharap bisa kembali lagi pas winter, di saat pepohonan berguguran, memakai pakaian hangat dan bermain salju. Waw, pasti feel film winter sonatanya lebih berasa.

Kuliner di Seoul


Selama di Korsel gampang-gampang susah untuk urusan makanan. Entah gak halal, ada porknya yang nyempil atau pasti rasanya gak pas di lidah. Untungnya dari Indonesia Nade bawa mi instant dan ada teman yang bawa rendang, kebetulan rendang bisa tahan lama, jadi gak basi. Jadilah makanan kami tetap makanan Indonesia. Namannya traveling ke negara orang gak mungkin juga kulinernya kita gak cicipi, yang standar aja seperi “kimchi” sejenis fermentasi sayuran yang rasanya sedikit spicy tapi saya gak suka. Di setiap restoran Korea pasti kita nemunya kimchi.

Untuk urusan nasi gak perlu khawatir, di setiap mini market kita bisa jumpai nasi instant. Tinggal dihangatkan sebentar bisa langsung di makan,di beberapa mini market juga di sediakan penghangat makanan kok.

Bagi penikmat kuliner tapi takut makanannya gak halal, di Seoul ada beberapa restoran turkish yang menyajikan makanan halal, harga per porsi untuk nasi, kebab dan daging kambing sekitar Rp. 85.000,- masih banyak lagi menu lain yang di tawarkan.

Beberapa restoran junk food juga banyak, KFC dan MCD dapat kita jumpai di mana-mana. Oh iya ada yang unik dan mungkun beda kalau kita makan di restoran Korea. Waktu itu saya, kak Jul dan Nade lunch di daerah myongdong, setelah dipilah-pilah akhirnya nemu yang halal. Sejenis steak ayam yang rasanya lumayanlah pas di lidah. Prosedurnya itu bayar dulu trus makanannya di antar, sama sih kayak restoran di Indonesia. Cuman pas sementara makan kami memperhatikan korean di sekitar yang selesai makan semua piring,sendok, gelas dan sisa makanannya di antar langsung ke tempat cuci piring. Biasanya kita di Indonesia habis makan yah di taruh begitu aja, toh nanti si mba’nya datang mengambil. Kan memang udah tugasnya. Tapi di Korea beda, peralatan makan kita ambil sendiri di rak-rak yang telah di sediakan, begitupun pas selesai makan meja kita harus di bersihkan sendiri.

Hmmmmmmm kalau ini di terapkan di restoran-restoran di Indonesia gimana menurut kalian??? Bagus juga sih… Contoh lagi restoran junk food di Malaysia, waktu itu saya makan di McD Kuala Lumpur. Karena kebiasaan kalau makan di Indonesia cuman simpan begitu aja sisa makanan di meja, di KL orang-orangnya ambil nampan trus gelas dan tempat makanan dari kertas serta sisa makananya di buang sendiri ke tempat sampah. Mantap sekali, kesadaran diri mereka tinggi…….

Itulah salah satu alasan saya suka traveling cuman untuk mengetahui culture dan kebiasaan orang-orang di luar sana.

Dinner di Myongdong, makanan khas Korea. Kimchi dan Soup ayam Gingseng #katanya sih halal. Jadi kami mencicipinya. Harga per sekali makan itu sekitar Rp. 120.000,- dengan menu berbagai sayuran fermentasi yang rasanya asam-asam spicy plus soup ayamnya benar-benar banyak, hampir seekor dalam satu wadah. Lumayan mahal menurutku untuk ukuran sekali makan karena gak sanggup menghabiskannya. Pasnya sih kita beli se porsi aja trus di share berdua bareng teman.

Selamat mencoba……..

Minggu, 02 Desember 2012

Galau di Namsan Tower, Seoul

Waw finally kita nyampe juga di Namsan Tower, ke sana bener-bener perjuangan banget. Seharian leyeh-leyeh di Myongdong hunting oleh-oleh bikin badan pegal. Belum lagi transit-transit line busway, gelantungan di busway, naik turun tangga di station. Capekkkk bo’…….ngikutin kehidupan orang di Seoul mesti kudu kuat fisik ckckckckck

Balik dari Myongdong kami bertiga, saya, nade @amaliadee sama kak Jul on the way ke Hongdae buat istirahat, pulas banget tidur kami tau-tau udah jam 9 malam aja. Kami terbangun trus mendadak buat rencana ke Namsan. Cuman cuci muka ganti baju kami berangkat.

Brrrrrrr, udara di luar luar biasa dinginnya. Tetap semangat aja lanjut perjalanan. Naik subway dengan modal peta yang ada di buku, dari line warna ini itu akhirnya nyampe juga di stasiun sesuai petunjuk buku. Ke luar dari station mesti nunggu bus lagi menuju namsan. Gak di subway, di bus sama aja eksisnya gelantungan.

Waw awesome…..

What a beautiful view, sepanjang perjalanan ke namsan kami di sugukan pemandangan yang luar biasa cantiknya. Bagaimana tidak Namsan Tower adalah bangunan tertinggi di kota Seoul, dan lokasinya juga berada di gunung tertinggi Seoul. Dari sini kita bisa melihat indahnya bangunan-bangunan, serta kerlap-kerlipnya lampu di seluruh kota Seoul. Cantikkkkkkkkkkkkkk………….
Ehhhehhhh turun dari bus, ternyata mesti mendaki lagi. Ya Allah, dinginnya sudah luar biasa mencekam. Tapi kami tetap semangat untuk ke tower. Pendakiannya lumayan bikin gempor, sempat nyerah. Capek gilaa, betis terasa mau meledak *seriusan, gak lebay* belum lagi badan terasa berat sekali buat mendaki. Saya sama Nade nyengir mulu soalnya gak nahan buat mendaki.
Finally, nyampe coyyyyyy…… Ahhhh rasa pegal, capek terbayar sudah. Benar kata orang berjuta juta spot romantis di Seoul, salah satunya di Namsan. Hampir nyesel kalau gak ke sini. Tapi nyesel banget ke sini malah gak sama pacar, mau dong punya pacar trus ke Seoul bareng hahhahha *curhat kecolongan* :p

 Beribu-ribu gembok berjejer di tembok, muda mudi Korea dengan romantisnya mengekspresikan rasa cinta mereka ke pasangan masing-masing, yah apa daya saya sama Nade cuman bisa menyaksian secara live pemandangan yang menggalaukan hati itu. Hahhaha MIRIS„,mau juga dong pasang gembok cinta trus nulis nama sendiri sama nama si “doi” ahh kapan yah? Si “doi” masih di simpan Tuhan sih :p
Jadilah malam itu malamku bersama Nade, gak ada cowo yang bisa di ajak foto. Foto berdua ma Nade di setiap spot romantispun gak ada salahnya #nasib :p.makanya kami menyarankan deh buat kalian yang mau ke Korea bawa pasangan yah #entah ini aliran sesat atau bener-bener saran yang bagus. Tapi belajarlah dari pengalaman kami #ehhhh

Penderitaan kami belum berakhir, tau gak pas nyampe ke Namsan. Towernya udah tutup loh, kan tadi keluarnya emang udah jam 9, Tower tutup jam 10….mantap kan? Untung gembok-gembok cintanya gak di dalam tower. Jadi gak rugi-rugi amat juga.
Puas foto-foto, liatin orang pacaran. Kami langsung cabut, takut ketinggalan bus. Gak lucu kalau gak balik. Sesusah-susahnya mendaki naik ke Namsan, ternyata lebih susah turunnya. Udara udah dingin gini hampir beku, jalannya menurun yang terjal banget. Jadi, jalan aja gak bisa berhenti, serasa mau jatuh. Andai kata ada yang iseng ngedorong, secepat kilat pasti langsung smpai ke bawah. Hihiiii Tapi seru banget perjalanan singkat ke Namsan.
eheheh pulang-pulang udah tengah malam gini, action lari-larianpun kami lakukan kembali, orang-orang pada takut ketinggalan subway. Sumpah capek gileee. Ngosngosan, tapi gak keringat sama sekali… Dinginnya mencekam.
Oh iya di jalan ketemu pasangan yang berantem, di subway dapet cowok yang mabuk soju, persis deh sama film-film di Korea, berasa saya lagi main film #ehh
Akhirnya kami aman sentausa tiba di hongdae, bersih-bersih then tidurrrrrrrr. Tukang pijet mana mana mana……..gempor, ahh selamat malam. Ztttttttttttttttttttttttt




Jumat, 29 Juni 2012

Salah Pulau

SALAH PULAU DI GUSUN ISLAND
Saya dan Dede memasang tenda

Angkat Ransel Sehari

     Sabtu siang yang sangat terik, bagusnya ngapain yah? Mau jalan tapi ke mana? Malas ngeMall. Tinggg, dasar otak backpacker pikirannya cuman cari tempat baru buat di explore. Tapi kemana yah? Waktunya cuman sabtu minggu, keluar kota pasti kurang asik kalau mendadak. Lagian mau kemana juga? Tiba-tiba terbesit di pikiran satu pulau yang jaraknya paling dekat dari kota Makassar, keseringan ke Pantai Losari jadi tahu kalau di seberang yang masih terjangkau dengan mata ada satu pulau yang tidak terlalu besar tapi juga sebenarnya bukan pulau yang familiar untuk di kunjungi apalagi dijadikan objek wisata. Yahh apalah namanya yang jelas hari itu saya harus angkat ransel, mau jauh kek, dekat kek no problem......
Badar, Saya dan Dede dalam pencarian kapal untuk menyebrang pulau

Kami sudah siap untuk menyebrang

Akhirnya menyebrang juga
     Sasaran tempat sudah ada sisa cari partner saja, syukurnya Travel-Mateku Dede, Kia orang yang paling fleksible diajak ngeGEMBEL (re: backpacking) setuju-setuju saja menyebrang ke pulau itu.  Tapi kalau bertiga sepertinya kurang asik, basa-basi mengajak teman kampus satu lagi ternyata dia juga berminat gabung. Yah namanya Badar, jadilah kami berempat  weekend bersama-sama. Blaaa blaaa blaaaaa akhirnya siang itu secara kilat packing seadanya memasukkan baju ala kadarnya ke ransel. Dede sang navigator kami bertugas mencari kapal yang bisa membawa kami ke pulau itu.

     Di bawah teriknya matahari sekitar pukul 02:00 kami berjalan dan mencari-cari tempat penyewaan kapal, kali ini tidak perlu bawa peta dong namanya juga jalan-jalan dikampung sendiri jadi hafallah semua jalur-jalurnya hehhehhe 

     Ternyata ohh ternyata kami agak telat dengan jadwal kapal yang biasanya membawa penumpang menyebrang pulau, kapal yang lain sih ada tapi agak mahal kalau cuman kami berempat kecuali ramai-ramai patungan kan jadinya murah. Sempat kesal juga ketinggalan kapal, mau balik tapi tidak lucu dong,,,sudah panas, jalan kaki pula. Yahh lanjutttttttttttttttttttt.......jalan-jalan, keliling-keliling, cari-mencari ehh akhirnya ketemu juga. Seorang nelayan melihat kami dengan ransel di punggung menawarkan kapalnya untuk disewakan dan mengantar kami menyebrang ke pulau yang baru saya dengar dan ketahui namanya “Gusun Island”. Sudah sekian lama tinggal di Makassar baru dengar nama pulau itu, penasaran juga.
Terliat kapal tua yang sudah berkarat

Tidak terawatnya kapal yang membuat pemandangan kurang bagus
      Back to the Nelayan, tawar menawarpun dilakukan. Tanpa menawar rasanya kurang seru hahha.... karena weekend harga sewa agak sedikit mahal dibanding hari biasanya tapi kami berhasil menyewa kapal Rp. 30.000,- per  orang itu sudah return alias pulang balik, yah lumayanlah!!! Kapal sudah ada, selanjutnya membeli sedikit cemilan buat pengganjal perut sampai besok pagi.

     Si Nelayan sudah mengisyaratkan untuk berangkat, kapalnya tidak besar tapi tidak kecil-kecil amat juga lumayanlah buat kami berempat. Mesin sudah dinyalakan dan time to go oooooooooo, angin sudah mulai terasa menyambar di muka. Kami sudah berada di laut, gedung-gedung di pinggiran kota Makassar terlihat berjejer namun kurang rapih dan terlihat berantakan, uppss sorry tapi itu memang faktanya.
Saya dan Kia berfoto bersama dua bapak nelayan

     Baru beberapa menit eh kami sudah tiba, ternyata jaraknya dekat sekali sebenarnya kalau mau di jangkau dengan berenang kayaknya juga bisa hahhha saking dekatnya (eh tidak denggg,,,kalau berenang pas sampai sudah tewas) gimana yah pokoknya pulaunya dekat, perasaan baru naik kapal eh tau-taunya sudah sampai. Begitulah kira-kira.

     Welcome to Gusun Island, oh ini toh pulaunya. Sepi, cuman ada 2 rumah di sana, kecil, keliling pulau sampai sepuluh kali putaran pun bisa saking kecilnya, dan yang paling mencolok adalah kotor, di mana-mana kita menemukan sampah. Pulau ini memang bukan tempat wisata seperti pulau-pulau lain pada umumnya, di pulau ini hanya dihuni oleh beberapa nelayan yang memang mengais rezeki di sana. Oh iya satu lagi di sana tidak ada listrik....perfectoooooooo
Kapal lain yang menyebrang ke puylau yang jauh lebih jauh
Tenda sudah siap
Touchdown Gusun Island

     Sudah menguasai sedikit lokasi tendapun kami dirikan, yah lumayan untuk tidur semalam. Tenda beres, ransel sudah di atur di dalam tenda...beressssss. Sekarang ngapain yah? Mau main air tapi rencananya besok pagi saja, jadi kami berempat sepakat untuk loncat-loncat ridak jelas ( re : main dende. Dende adalah salah satu permainan traditional yang hanya bermodalkan batu dan garis yang di buat sedemikian rupa di tanah). Lumayan seru juga mengisi kekosongan di sore hari. Matahari sudah mulai turun, magrib telah tiba. Pemandangan alam yang sangat indah walaupun sunsetnya tidak terlalu sempurna.
Take a pray then looking some foods for dinner.....yuhuiiiii

     Bingung mau makan apa? Mie Instant solusinya hahahaha, kebetulan di pulau itu ada salah satu rumah warga yang memiliki warung kecil. Kami membeli mie instant sekaligus nitip buat di masakkan, tededddddd......jadilah makan malam kami ala kadarnya, nasi putih berlaukkan mie kuah dan sedikit sambel dan segelas teh hangat. Mie kuah  jadi rasa enak di santap berempat di pinggir pantai dengan angin malam yang berhembus di bawah pancaran bulan. Slurrrrppppp, kami melahapnya dengan sempurna walaupun tidak ada cahaya lampu, kami cuman bermodalkan lampu dari Hp kami masing-masing . Untung makannya bukan ikan, kalau makan ikan di tempat yang tidak ada listrik lama-lama bisa keselek tulang :p
Keadaan di pulau Gusung, terlihat lapak-lapak para nelayan

     Alhamdulillah, perut sudah terisi...kami kembali ke tenda, betul-betul kosong. Serasa cuman kami berempat di pulau itu, di tenda kami menghabiskan waktu dengan bercandaan dan tebak-tebakan mengenai negara-negara di dunia. Semakin larut, mata tidak bisa terpejam. Saya memilih untuk tidur di luar tenda dengan beralaskan kain dan beratapkan langit, what a perfect night! Indahnya lagit dengan taburan bintang-bintang diiringi suara ombak yang saling berkejaran. Dari jauh terlihat lampu-lampu pancaran dari gedung-gedung yang berjejer di sebelah, terlihat juga keramaian di sana. Kendaraan lalu-lalang, kebetulan malam itu adalah malam minggu. Terlihat jelas padatnya kendaraan di sana, jarak pulau dengan kota sangat dekat jadi pancaran lampu gedung dan kendaraan terlihat jelas.
Shalat Azhar berjamaah

Dinner Mie Instant
Kami nongkrong depan tenda

Tidur di tenda

     Dini hari, tiba-tiba ada empat orang lelaki paruh baya datang dan terlihat sibuk.Kami berempat bangun dan menghampiri mereka,oh ternyata mereka adalah nelayan yang memang baru mulai mencari ikan pada dini hari. Kami ikut gabung dan berbincang-bincang. Dari sini saya mempelajari sisi lain kehidupan. Di saat orang-orang sudah terlelap tidur, ada satu komunitas yang malah sibuk mengais rezeki. Tidak peduli dinginnya malam, dinginnya air laut, mereka tetap terlihat antusias membawa jalanya ke laut demi mendapatkan ikan yang kemudian di jualnya demi menafkahi keluarganya yang menunggu di rumah. Dalam hati terbesit rasa syukur yang sedalam-dalamya saya bisa merasakan kehidupan yang sedikitnya mungkin lebih layak. Alhamdulillah........
Sudah hampir pukul 03:50 pagi, kami kembali ke tenda untuk istirahat ala kadarnya. Ternyata para nelayan itu juga merebahkan dirinya disamping tenda kami dengan hanya beralaskan pasir selagi menuggu jalanya yang sudah dilebarkan di laut terisi ikan-ikan. Time to sleep, hoammmmmm.......
Hanya lebih dari sejam kami tidur, ternyata sudah subuh. Para nelayan itu ternyata sudah mengangkat jalanya dan dengan antusias memperlihatkan hasil tangkapannya kepada kami. Mereka juga menawarkan kepada kami untuk membeli ikannya, sebenarnya saya agak malas untuk membeli. Tapi rada-rada sedikit kasihan makanya saya beli, tapi lumayan jugalah buat oleh-oleh di rumah. Hhhehhe jadilah saya membeli ikan se kantong.
Matahari sudah mulai terbit, nelayan itu pamit keluar pulau untuk menjual hasil tangkapannya. Good bye pak...semoga ikannya cepat habis!!!!

Niat Hati Mau Snorkling Tapi Tidak Menemukan Spot Yang Bagus




     Tibalah saatnya kami berempat turun ke pinggir pantai dengan membawa perlengkapan snorkling, kamera underwater, kali-kali aja pemandangan bawah airnya bagus. Tapi ternyata kami salah,salah total.....sama sekali kami salah pulau deh kayaknya, ,mau berenang airnya kotor, mau berendam saja banyak karang-karang yang luar biasa sakitnya kalau keinjak. Mau snorkling, liatnya cuman sampah....betul-betul pulau ini jauh dari perhatian. Kasihan!
    Jam masih menunjukkan pukul 07:00 pagi, kami sepakat untuk pulang saja, sama sekali bukan spot yang bagus. Dede menelfon nelayan yang kemarin kapalnya kami sewa untuk menjemput secepatnya, tidak terlalu lama menunggu akhirnya kapal jemputan kami sudah datang. Pulangggg...yah saaatnya pulang dengan sedikit perasaan kecewa, kami berempat terbahak-bahak di atas kapal. Kami merasa ke pulau itu hanya sekedar numpang makan, cerita dan tidur sejenak. Ha ha ha ha ha ha........
Pulau sudah lepas dari pandangan dan kami tiba di dermaga, rada-rada ngantuk juga akhirnya kami sepakat pulang ke rumah masing-masing. Jadilah weekend kami, weekend salah pulau di Gusun Island. Semenjak dari situ kami mempelesetinya dengan sebutan “Gosh Island ( karena pulau yang kotor, tidak terawat dan sepi plus tidak berlistrik, we called it GOSH ISLAND #plesetan dari Gusun menjadi Gosh yang berarti hantu).

Sekian............. 
GO HOME Byeeeeee