Minggu, 09 Oktober 2011

Merlion, Where are you?

Red In SINGAPORE

Marlion
Singapore...ohhhhhhh
Singapore...ohhhhhhh
   

        Perjalanan dari Johor Baru ke Singapore ternyata hanya memakan waktu setengah jam saja. Kami hanya bertiga berangkat ke Sin, kebetulan teman kami yang satunya lebih memilih tinggal melanjutkan pelancongannya di Malaka. Yahh, sepeninggal kami dari Kulim Kedah, West Malaysia at Ash’s House kami berempat mengambil Bus jurusan Malaka. Sebenarnya ada bus yang bisa langsung menuju ke Singapore, tapi rugi rasanya jika kita tidak mampir ke Malaka.
Muhe & Saskia Setiba di Sin
Kami meninggalkan Kulim pada pukul 9 malam, dan tiba di Malaka pada pagi hari. Lumayan lama juga, jadi kami hanya tidur di sepanjang jalan. Pada pagi harinya, kami berempat tiba di station yang sy lupa namanya. Kami tidak langsung melanjutkan perjalanan, kami berempat berunding unuk perjalanan selanjutnya. Tanpa basa basi lagi dan tanpa mandi tentunya hahaha kami sepakat untuk berpisah setelah di Malaka. Dede memilih melanjutkan pelancongannya di Malaka dan kami bertiga memilih untuk ke Johor Baru dan lanjut ke Singapore. Maka berangkatlah kami bertiga ke Johor Baru, sebelum berpencar kami sepakat untuk bertemu di LCCT KL’s Airport.

Salah Satu Toko Di Sin
Dengan modal informasi dari Ash dari Malaka kami mengambil bus jurusan Johor Baru, kira-kira 5 jam perjalanan baru tiba di Terminal Johor. Untuk biaya Bus dari Malaka-Johor kami di beri discount oleh agen Busnya dengan memperlihatkan kartu pelajar hehehe “HEMAT”. Untung saja kartu mahasiswa yang saya bawa berguna, maka beruntunglah kami bertiga.

Terlihat Kesibukan Di Pinggir Jalan
Tiba di Johor Baru, Dzuhur di waktu setempat maka kami pun tidak langsung mencari bus Jurusan Singapore. Tapi seperti biasa, di terminal atau di station manapun jasa pencari penumpang tetap saja ada. Kami di datangi oleh beberapa calo bus dari beberapa agen untuk menawarkan busnya, capek juga rasanya di tawari seperti ini. Perlakuan mereka membuat kami agak sedikit kesal. Dengan aksen Malaysia yang sedikit dimix dengan bahasa Inggris mereka menawarkan jasanya. Kami hanya menjawab “No No No, Thanks”. Tapi tetap saja di paksa, hmmm rese’ juga yah.

Kami bertiga ternyata belum makan apapun, kesibukan mengurus perjalanan membuat kami lupa untuk mengisi perut. Saya dan Saskia mencari makan di terminal sedangkan Muhe menjaga barang bawaan kami. Setelah urusan perut teratasi kami bertiga mencari tempat penitipan barang yang memungkinkan untuk dititip sehari semalam jika kami berangkat ke Singapore. Barang bawaan kami ternyata lebih banyak ketimbang sebelum kami  berangkat, yah dari beberapa kota yang kami datangi tidak sah jika tidak membeli souvenir belum lagi di tambah dengan titipan teman, maka memberatlah backpack kami hehehe.
Marina Bay

Di terminal kami menemukan tempat penitipan barang yang kebetulan penjaganya adalah orang Indonesia, jadi komunikasi kami agak sedikit mudah. Hm,,di mana-mana ternyata harus bayar yah, untuk menitip barangpun harus bayar. Bayarnyapun di hitung sesuai dengan beratnya barang. Yah dasar kami backpacker, maunya yang hemat maka tawar-menawarpun kami lakukan tapi sia-sia sedikitpun discount dari tempat penitipan barang tidak kami peroleh.Dari pada berlama-lama di terminal, kami bertiga sepakat untuk menitip barang kami (tips buat yang melancong :dari pada kalian repot-repot membawa barang bawaan kalian untuk ke Singapore, tidak ada salahnya menyewa tempat penitipan barang. Lumayan beban berkurang, dan perjalanan tidak repot).
Saya, Saskia dan Muhe mengatur kembali tas kami dan mengambil barang yang di anggap penting. Setelah itu kami numpang di Toilet Umum untuk mandi (dari Kedah-Malaka-Johor Baru kami belum mandi sama sekali, ;p ).
Makan-Mandi-Shalat telah selesai saaatnya mencari Bus ke Singapore. Tidak terlalu sulit mendapatkan Bus menuju Sin, dengan ongkos murah kita bisa sampai ke Sin (maaf lupa ongkosnya berapa, yang jelasmurahlah).
Ternyata Johor_Sin itu jaraknya dekat sekali, maka tibalah kami di Sin…..lagi lagi saya tidak henti-hentinya memuji kebersihan dan keteratuan Negara ini, bisa di bilang sedikitpun saya tidak menemukan sampah. Inilah SINGAPORE negaranya kecil tapi terlihat pembangunanny yang sangat modern.
Hanya beberapa menit saja kami tiba di Imigrasi, waw Imigrasi untuk jalur darat luar biasa kerennya, terlihat antrian panjag di setiap post-post Imigasi. Saya dan kedua teman saya berpencar di tiap post, dan tibalah giliran saya untuk di wawancarai oleh petugas imigasi.
“Woman : Hai, Good Afternoon”
“Me : Gud afternoon too (sambil menyodorkan pasportku)
“Woman : Lutviah, From Indonesia right?
“Me : Yes… (jawab singkat saja)
“Women : How Long your planning in Singapore?
“Me : Just one day, mam
“Woman : Where do you want to go?
“Me : Orchard Street
“women : Oke,,,have a nice day
Di depan Rafflles Hospital

Hahhaha,,,,singkat padat dan jelas percakapnku dengan bagian Imigrasi. Talk to Much itu kurang baik, nanti salah jawab. Bagian imigrasi di Sin itu terlalu ketat. Saya dan Saskia akhirnya lolos dan Pasport kami di stempel. Saya dan Saskia menunggu di luar, tapi sudah hamper setengah jam menunggu temanku Muhe tidak kunjng dating, hm…Oh my God..Whats going on??? Yah saya masuk mengecek dan bertanya pada petugas keamanan. Ternyata Muhe di bawa ke dalam ruangan khusus untuk di wawancarai oleh petugas imigrasi dan Polisi. Saya di usir polisi dari dalam dandi suruh untuk keluar. Hm,,saya dan Saskia jadi panik. Kok bias Muhe di tahan oleh petugas? Kami tidak bias melakukan apa-apa kecuali hanya menunggu Muhe keluar. Hampir sejam saya dan Saskia menunggu dan akhirnya Muhe keluar juga. Terlihat Muhe juga masih shock, ternyata biasanya orang yang pertama kali masuk ke Singapore itu dipersulit dan di Tanya macam-macam juga (tips : Jadi sebelum berangakat dan di wawancarai di Imigrasi usahakan untuk hafal nama-nama tempat yang kiranya akan di datangi. Walaupun mungkin tujuan kita bukan ke sana tapi setidaknya kuasai daerah tersebut, searching di Internet atau bertanya pada orang setempat. Yang jelas bisa dapat stempel dari petugas Imigrasi. Kejadian ini juga kami alami saat di persulit di Imigrasi Thailand).


Kami hampir saja ketinggalan Bus karena terlalu lama di bagian Imigrasi, tapi pada akhirnya semua bisa teratasi.

Supir Bus memberhentikan kami di Terminal yang berdekatan dengan Rafflles Hospital, kami turun dan saatnya berpetualangan di Sin.
Bugis Street
Gedung-gedung tinggi berjejeran di sepanjang kota, bingung juga mau ke mana. Tujuan utama kami hanya ke Marlion (red : patung singa). Kami bertanya kepada orang yang lewat bagaimana jalur menuju Marlion, dan kami di sarankan untuk menggunakan kereta cepat atau monorel. Dari terminal kami jalan kaki ke Bugis Street, entah bagaimana historynya  sehingga di Sin ada Bugis Streetnya. Hebat juga yah suku bugis bias melanglang buana ke negeri orang hehehe

Kami bertiga tiba di station untuk membeli tiket monorel, hanya dengan 1 Dollar Singapore (Rp.7.000,;)  saja kita bisa keliling di Sin. 
Terlihat kesibukan orang-orang di sini, satu sama lain hampir tidak saling mempedulikan. Jauh berbeda dengan orang-orang di Thailand yang bisa di bilang sangat ramah dan welcome terhadap orang asing. 
Tiket sudah ada dan kita cukup lumayan bingung di buat oleh megahnya dan canggihnya teknologi di Sin, dari pada salah naik monorel tidak ada salahnya untuk bertanya heheh

Station MRT
Srettttttttttttt dalam hitungan menit sja,monorel melaju dengan kencangnya dan kita sudah tiba di station pemberhentian selanjutnya. Bahasa Inggris dengan aksen Cina menjadi bahsa utama masyarakat Sin, agak susah juga yah mengerti jika Bahasa Inggris tp aksennya Cina, jadi mereka itu bicara cepat sekali.
Muhe, Saya dan Saskia di Merlion

Lagi-lagi kami bingung di Sin, mobiil melaju dengan kencangnya begitupun dengan orang-orangnya yang seolah-olah saling berkejaran di jalan (sok sibuk semua). Kami hanya mengekor di belakang mereka. Saya dan teman saya merasa ini bukan tempat kami, yang kami lihat hanya gedung-gedung tinggi yang berjejeran dan menurut saya kurang menarik untuk adventure, hehehe yah iyaalah.

Marlion merupakan landmark di Singapore, banyak orang yang kita temui di sana. Para wisatawan tidak sah rasanya ke Singapore jika tidak berfoto di Marlion. Cukup berkeliling di Singapore dan nongkrong di Marlion sambil makan ice cream kami kembali ke station menuju terminal dan kembali ke Johor Baru. Wawancara Imigrasi pada saat kembali jauh lebih simple ketimbang baru mau masuk, jadi prosesnya cepat.

Selanjutnya mengurus barang titipan kami di Terminal Johor Baru dan saatnya pelancongan berakhir, kami bertiga harus kembali ke LCCT Kuala Lumpur untuk bertemu dengan Dede di sana dan kembali ke Indonesia.
Kami Berfoto Di Patung Singa Yang Di Rancang Untuk Kamar Hotel

Add caption

Tidak ada komentar:

Posting Komentar